Pagi yang
cerah, matahari bersinar terik memancarkan sinar hangatnya.
Seorang petani
bunga sedang merawat bunga-bunganya yang indah. Bermacam-macam bunga ada di
kebun milik petani itu.
Disana,
petani memiliki bunga mawar yang sangat cantik dan harum berwarna merah muda.
Banyak kumbang-kumbang
yang datang menghampiri untuk mencapai kelopaknya, namun semuanya diusir oleh
si petani karena dia menganggap bunga itu adalah yang paling berharga. Dia tidak
ingin hal buruk terjadi pada bunga favoritnya.
Sesaat, si
petani melihat ada kumbang yang terbang berputar jauh dari bunga mawarnya. Lalu
dia menghampiri kumbang kecil itu.
“Hai kumbang
kecil, kenapa kau tidak ikut berkumpul dengan kumbang-kumbang yang lain untuk
berebut hinggap di bunga mawarku yang cantik itu?” Tanya petani.
“Bolehkah
aku menghampiri bunga mawar itu? Aku lihat kau begitu menyayanginya,
kumbang-kumbang yang lain kau usir menjauh darinya. Aku merasa tak pantas untuk
hinggap di kelopak mawarmu.” Jawab kumbang kecil.
Bunga mawar
indah melihat petani itu sedang berbicara dengan seekor kumbang kecil, tapi dia
sedang sibuk dengan kumbang-kumbang yang bergerombol ingin hinggap di
kelopaknya.
“jika kau
menginginkan untuk hinggap, cobalah. Mungkin dia akan menerimamu untuk hinggap
di kelopaknya. Aku sedikit kewalahan untuk mengusiri yang lain, mungkin dengan
kau hinggap disana, kumbang yang lain akan pergi karena sudah ada yang berhasil
hinggap di bunga mawarku.”
Kumbang kecil
itu menjawab, “pantaskah aku? Aku kecil dan tidak berguna, mendekatpun aku tak
berani apalagi hinggap. Bahkan warna karapas ku sangat jelek, merah marun
berbintik kuning.”
Petani itu
hanya tersenyum mendengar si kumbang kecil. “Apa kau menyukai bunga mawarku?”
Kumbang kecil
sedikit malu untuk menjawabnya. “Hhmm, iya. Aku menyukai bunga mawar favoritmu.”
Si petani mengulurkan tangan nya, “kalau begitu, hinggaplah ke telapak tanganku,
akan kuantar kau kesana.”
Bunga mawar
yang indah itu masih sibuk mengusir kumbang yang berseliweran berebut untuk
hinggap saat petani dating dengan kumbang kecil di telapak tangan nya.
“Bunga
mawarku. Bagaimana kalau aku menghampirimu bukan untuk membantumu mengusir
kumbang-kumbang yang berseliweran itu, tetapi membawakanmu seekor kumbang yang
malu untuk hinggap di kelopakmu?”
Bunga melati
indah itu menjawab, “hai petani, ada apa kau tiba-tiba berubah? Aku tidak ingin
serangga apapun hinggap di kelopakku yang indah. Sekarang belum waktuku untuk menerima
serangga untuk hinggap.”
“mungkin
sudah saatnya kau dihinggapi seekor kumbang yang ada di telapak tanganku ini.” kata
petani.
“Siapa
kumbang kecil itu? Apakah dia cukup kuat untuk hinggap di tangkaiku dan
berhadapan dengan durinya? Lalu, apakah dia hanya ingin mengambil maduku?” Tanya
bunga mawar indah.
“hai bunga
mawar yang indah, bolehkah aku hinggap di kelopakmu itu?” Tanya kumbang kecil
berharap.
“aku tidak
bisa membiarkanmu hinggap di kelopakku. Namun jika kau bisa naik mencapai
kelopakku dari tangkaiku dan berusaha seperti kumbang-kumbang yang lain serta
bisa bertahan karena duriku, maka aku akan memudahkanmu membuka kelopak
istimewaku hanya untukmu.”
Kumbang kecil
itu hanya terdiam sesaat melihat begitu banyak kumbang yang jatuh ke tanah
dengan luka karena duri si bunga mawar indah. Durinya sangat banyak, tajam dan
besar.
“kau tidak
seperti bunga mawar kebanyakan yang pernah aku hinggapi. Durimu begitu banyak
dan besar serta tajam. Bagaimana aku bisa menjangkau kelopakmu bila banyak
kumbang berserakan di tanah karena durimu?” Tanya kumbang kecil ragu.
“itu
tergantung kau bagaimana caranya lulus tantanganku yang aku berikan. Semua kumbang
punya caranya sendiri. Hanya sedikit yang berhasil melewati duri terakhir di
tangkaiku sebelum akhirnya mereka jatuh ke tanah karena terluka oleh duriku.” Jawab
bunga mawar indah.
“kumbang
kecil, bagaimana? Apakah kau masih mau hinggap?” Tanya petani itu meyakinkan.
“baiklah,
aku coba semampuku. Mungkin aku tidak sekuat kumbang-kumbang yang diceritakan
oleh bunga mawar, tapi aku akan berusaha” jawab kumbang kecil.
Maka, petani
itu membiarkan kumbang kecil hinggap di tangkai terbawah sang bunga mawar
indah.
“berusahalah
kumbang kecil. Kami tidak tahu akan berakhir bagaimana.” Kata bunga mawar indah
sebelum kumbang kecil terbang dari telapak tangan si petani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar