6/27/2014

Somethings Happen In This Untitled Typing



Pagi yang cerah, matahari bersinar terik memancarkan sinar hangatnya.
Seorang petani bunga sedang merawat bunga-bunganya yang indah. Bermacam-macam bunga ada di kebun milik petani itu.

Disana, petani memiliki bunga mawar yang sangat cantik dan harum berwarna merah muda.
Banyak kumbang-kumbang yang datang menghampiri untuk mencapai kelopaknya, namun semuanya diusir oleh si petani karena dia menganggap bunga itu adalah yang paling berharga. Dia tidak ingin hal buruk terjadi pada bunga favoritnya.

Sesaat, si petani melihat ada kumbang yang terbang berputar jauh dari bunga mawarnya. Lalu dia menghampiri kumbang kecil itu.
“Hai kumbang kecil, kenapa kau tidak ikut berkumpul dengan kumbang-kumbang yang lain untuk berebut hinggap di bunga mawarku yang cantik itu?” Tanya petani.
“Bolehkah aku menghampiri bunga mawar itu? Aku lihat kau begitu menyayanginya, kumbang-kumbang yang lain kau usir menjauh darinya. Aku merasa tak pantas untuk hinggap di kelopak mawarmu.” Jawab kumbang kecil.

Bunga mawar indah melihat petani itu sedang berbicara dengan seekor kumbang kecil, tapi dia sedang sibuk dengan kumbang-kumbang yang bergerombol ingin hinggap di kelopaknya.

“jika kau menginginkan untuk hinggap, cobalah. Mungkin dia akan menerimamu untuk hinggap di kelopaknya. Aku sedikit kewalahan untuk mengusiri yang lain, mungkin dengan kau hinggap disana, kumbang yang lain akan pergi karena sudah ada yang berhasil hinggap di bunga mawarku.”
Kumbang kecil itu menjawab, “pantaskah aku? Aku kecil dan tidak berguna, mendekatpun aku tak berani apalagi hinggap. Bahkan warna karapas ku sangat jelek, merah marun berbintik kuning.”

Petani itu hanya tersenyum mendengar si kumbang kecil. “Apa kau menyukai bunga mawarku?”
Kumbang kecil sedikit malu untuk menjawabnya. “Hhmm, iya. Aku menyukai bunga mawar favoritmu.” Si petani mengulurkan tangan nya, “kalau begitu, hinggaplah ke telapak tanganku, akan kuantar kau kesana.”
Bunga mawar yang indah itu masih sibuk mengusir kumbang yang berseliweran berebut untuk hinggap saat petani dating dengan kumbang kecil di telapak tangan nya.

“Bunga mawarku. Bagaimana kalau aku menghampirimu bukan untuk membantumu mengusir kumbang-kumbang yang berseliweran itu, tetapi membawakanmu seekor kumbang yang malu untuk hinggap di kelopakmu?”
Bunga melati indah itu menjawab, “hai petani, ada apa kau tiba-tiba berubah? Aku tidak ingin serangga apapun hinggap di kelopakku yang indah. Sekarang belum waktuku untuk menerima serangga untuk hinggap.”

“mungkin sudah saatnya kau dihinggapi seekor kumbang yang ada di telapak tanganku ini.” kata petani.
“Siapa kumbang kecil itu? Apakah dia cukup kuat untuk hinggap di tangkaiku dan berhadapan dengan durinya? Lalu, apakah dia hanya ingin mengambil maduku?” Tanya bunga mawar indah.
“hai bunga mawar yang indah, bolehkah aku hinggap di kelopakmu itu?” Tanya kumbang kecil berharap.
“aku tidak bisa membiarkanmu hinggap di kelopakku. Namun jika kau bisa naik mencapai kelopakku dari tangkaiku dan berusaha seperti kumbang-kumbang yang lain serta bisa bertahan karena duriku, maka aku akan memudahkanmu membuka kelopak istimewaku hanya untukmu.”

Kumbang kecil itu hanya terdiam sesaat melihat begitu banyak kumbang yang jatuh ke tanah dengan luka karena duri si bunga mawar indah. Durinya sangat banyak, tajam dan besar.

“kau tidak seperti bunga mawar kebanyakan yang pernah aku hinggapi. Durimu begitu banyak dan besar serta tajam. Bagaimana aku bisa menjangkau kelopakmu bila banyak kumbang berserakan di tanah karena durimu?” Tanya kumbang kecil ragu.
“itu tergantung kau bagaimana caranya lulus tantanganku yang aku berikan. Semua kumbang punya caranya sendiri. Hanya sedikit yang berhasil melewati duri terakhir di tangkaiku sebelum akhirnya mereka jatuh ke tanah karena terluka oleh duriku.” Jawab bunga mawar indah.

“kumbang kecil, bagaimana? Apakah kau masih mau hinggap?” Tanya petani itu meyakinkan.
“baiklah, aku coba semampuku. Mungkin aku tidak sekuat kumbang-kumbang yang diceritakan oleh bunga mawar, tapi aku akan berusaha” jawab kumbang kecil.

Maka, petani itu membiarkan kumbang kecil hinggap di tangkai terbawah sang bunga mawar indah.

“berusahalah kumbang kecil. Kami tidak tahu akan berakhir bagaimana.” Kata bunga mawar indah sebelum kumbang kecil terbang dari telapak tangan si petani.